Surakarta: Komunitas Anak Gunung Lawu (AGL) awalnya merupakan kelompok pecinta alam yang memiliki misi mulia, yaitu menyelamatkan alam dan membantu kemanusiaan di kawasan Gunung Lawu. Untuk bergabung dalam komunitas ini, calon anggota harus memenuhi kriteria khusus.
Kriteria tersebut seperti memiliki kekuatan fisik prima, kemampuan di medan pendakian, dan kesiapan untuk bertugas sewaktu-waktu. Hal ini dikatakan Ketua AGL, Heryoko kepada RRI, beberapa waktu lalu.
Heryoko menjelaskan bahwa posko utama komunitas ini berada di Cemoro Kandang, salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Lawu. Setiap hari, AGL menempatkan tiga tim dengan minimal tiga orang di posko untuk berjaga dan membantu para pendaki.
“Dari Februari 2025, ada delapan orang magang yang bergantian standby di Posko Cemoro Kandang. Selain memberikan bantuan kepada pendaki, AGL juga rutin memberikan edukasi terkait cuaca, jalur pendakian, dan aturan keselamatan,” ujarnya.
“Pendakian untuk tujuan camping masih diizinkan dengan syarat kesehatan prima dan logistik memadai. Namun, pendakian dengan tujuan membuat konten live di media sosial tetap dilarang karena berisiko tinggi terhadap keselamatan jiwa,” ujar Heryoko.
Terkait mitos di jalur pendakian, ia menyerahkan hal itu pada keyakinan masing-masing pendaki. Salah satu lokasi yang dianggap wingit adalah Cokro Suryo, meskipun tempat ini sebenarnya merupakan sabana luas dengan pemandangan indah, terutama saat musim kemarau.
Sebagai penutup, ia berpesan kepada para pendaki untuk selalu menjaga sikap, tutur kata, dan doa selama pendakian, serta mematuhi aturan yang ada demi keselamatan hingga kembali dengan selamat.
“Gunung Lawu tidak hanya soal keindahan, tetapi juga tanggung jawab dan penghormatan terhadap alam,” ujarnya.