Salah satu alasan Sahrian (24) memilih Jurusan Akuntansi di Universitas Airlangga (Unair) karena menyukai Matematika. Lah, kenapa nggak pilih Jurusan Matematika? Padahal, dia juga anak IPA di SMA dulu. Tanya saya kepada dia saat itu.
Pemuda asal Surabaya itu pun menjawab, dia memang suka berhitung tapi nggak suka yang rumit-rumit. Kalau di Akuntansi, kata Sahrian, nggak perlu mikirin limit, turunan, integral, statistika inferensial, fungsi trigonometri, hingga matriks.
Seperti Matematika peminatan yang diajarkan semasa ia SMA dulu. Di sisi lain, Sahrian memang suka ilmu logika terutama yang berhubungan dengan angka. Apalagi, Akuntansi juga berhubungan dengan “menghitung duit”.
Menurut Sahrian jika dibandingkan dengan Jurusan Matematika, prospek kerja anak Akuntansi lebih jelas dan banyak pilihan. Oleh karena itu, ia memilih Jurusan Akuntansi di Unair, Surabaya.
Lintas jurusan dari IPA ke Soshum
Sebagai siswa Jurusan IPA yang dianggap mencuri kesempatan anak IPS, Sahrian tak mau menyerah atas mimpinya masuk kuliah di Jurusan Akuntansi. Ia santai saja menghadapi nyinyiran teman-temannya saat itu.
Toh, bukan berarti ia bisa langsung masuk di jurusan tersebut lewat jalur hoki. Saat SNMPTN, Sahrian dinyatakan tidak lolos dan akhirnya mencoba lagi di jalur SBMPTN atau lewat tes. Barulah, dua bulan sebelum pelaksanaan UTBK, ia membeli buku soal sosial dan humaniora (Soshum).
“Jadi bisa dibilang ya persiapanku agak kurang matang. Makanya, strategiku gini. Kan, ada yang tes logika sama tes pengetahuan. Nah, sedangkan untuk pengetahuan aku harus lebih struggle karena aku dulu SMA-nya IPA,” jelas Sahrian saat dihubungi Mojok, Kamis (22/5/2025).
“Kalau belajar ekonomi, geografi, sejarah, sama sosiologi lagi dari awal juga nggak mungkin, mangkanya aku kuatin di logika,” lanjutnya.
Beruntung, usahanya itu membuahkan hasil. Ia mendapat nilai tinggi di dua tes. Dengan kepercayaan diri tersebut, Sahrian berani mengambil Jurusan Akuntansi di Unair. Salah satu kampus yang menempati peringkat 308 dalam QS World University Rankings (WUR).
Sementara jika dilansir dari laman resmi Unair, Akuntansi termasuk jurusan yang paling diminati oleh peserta SBMPTN. Tahun 2025/2026 sendiri presentase keketatannya adalah 4,46 persen, menempati posisi kedua setelah Jurusan Psikologi. Sahrian pun menjadi salah satu mahasiswa yang diterima di Jurusan Akuntansi lewat tes.
Jurusan Akuntansi nggak cukup untuk kerja
Menurut Sahrian, keketatan itu wajar, karena baik dari kakak tingkat, alumni, dan teman mahasiswanya di Unair bilang Jurusan Akuntansi memang memiliki prospek kerja yang luas dan mentereng. Itu juga yang memotivasinya.
“Jurusan Akuntansi itu materinya cukup fleksibel, bisa belajar pajak, manajemen, keuangan, perbendaharaan, akuntansi publik, audit, dan sebagainya,” kata Sahrian.
Namun, ujar Sahrian, dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, beberapa karyawan dari Jurusan Akuntansi juga dituntut memiliki kemampuan lain. Jadi bisa dibilang, Akuntansi kini hanyalah ilmu dasar.
“Banyak teman-temanku yang mau melamar ke perusahaan besar ternama dengan gaji tinggi itu harus ‘menjual’ skill lain yang berhubungan dengan akuntansi. Misalnya, data sains, artificial intelligence, atau mungkin yang berhubungan dengan sistem informasi,” ujar Sahrian.
Alasan itu juga yang membuat Sahrian memilih S2 untuk menunjang kariernya setelah lulus dari Unair. Sebab ilmu-ilmu di atas bisa menjadi nilai plus untuk perusahaan. Bayangkan saja, di era sekarang, pembukuan tak perlu dilakukan oleh anak Jurusan Akuntansi saja.
Namun, setidaknya anak Jurusan Akuntansi harus memiliki kemampuan lebih dengan melakukan pembukuan secara efisien dan efektif. Mereka juga perlu mempelajari teknologi untuk mempercepat proses audit.
“Jadi kami harus mengoptimalkan platform atau software terkait untuk bisa mempercepat proses audit, kayak gitu,” jelas Sahrian.
Jurusan Akuntansi lulusnya cepat
Selain kemampuan yang perlu ditingkatkan, mahasiswa Jurusan Akuntansi juga butuh mengasah skill sosialnya. Sahrian tak menampik jika mahasiswa Jurusan Akuntansi terutama di Unair memiliki ‘kesenjangan ekonomi’.
Meski sehari-hari ngomongin soal keuangan, tak semua mahasiswa di jurusan ini terbilang kaya. Ada saja mahasiswa seperti dirinya yang menggantungkan beasiswa Bidikmisi untuk kuliah. Oleh karena itu, sebagai “kaum mendang-mending”, Sahrian harus pintar bergaul dengan teman-teman yang ia anggap senasib seperjuangan.
“Aku juga pernah sempat ikut ngopi sama teman yang mungkin bisa dibilang kastanya kelas menengah ke atas. Nah, ngopinya mungkin sampai jam 02.00 pagi. Terus keluar bukan mau nyari makanan, tapi malah nyari tempat biliard,” kata Sahrian.
Kalau setiap hari menuruti gengsi seperti, Sahrian gelagapan juga. Apalagi, beasiswa Bidikmisinya juga sering telat cair. Oleh karena itu, alih-alih berteman dengan orang yang hedon, Sahrian memilih lingkungan yang sehat.
Setidaknya, bisa memaklumi jika memang keuangannya terbatas. Syukur-syukur lingkungan yang mendukungnya secara akademik. Sebab, kata dia, mahasiswa di Jurusan Akuntansi terkenal dengan lulus cepat.
“Di angkatanku itu banyak yang lulus cepat alias 3,5 tahun. Karena kami bisa lulus tanpa sempro. Jadi nggak ribet, langsung skripsi tanpa harus magang dulu. Bahkan ada semester pendek untuk memudahkan mahasiswa mengambil SKS,” kata Sahrian.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza