Jakarta – Pemerintah terus memperkuat langkah mitigasi bencana hidrometeorologi dengan mengintensifkan operasi modifikasi cuaca guna mencegah terjadinya banjir susulan di sejumlah wilayah Pulau Sumatera.
Kebijakan ini diambil sebagai respons cepat atas bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi sekaligus, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, akibat dampak Siklon Tropis Senyar. Upaya ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam melindungi keselamatan masyarakat serta meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi di wilayah terdampak.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno mengungkapkan bahwa operasi modifikasi cuaca dilakukan untuk menekan intensitas curah hujan di daratan Sumatera. Menurutnya, meskipun Siklon Tropis Senyar tergolong sangat dahsyat, data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa kekuatannya mulai menurun.
“Ini adalah Siklon Tropis Senyar yang memang sangat dahsyat, tetapi menurut BMKG sudah mulai menurun,” ujar Pratikno.
Ia menambahkan, melalui operasi modifikasi cuaca, pemerintah berupaya mengalihkan hujan ke wilayah perairan agar tidak memperparah kondisi di daratan.
“Sudah mulai bisa diterbangkan untuk mengurangi curah hujan di daratan, sehingga nanti curah hujan kita bawa ke lautan,” jelasnya.
Langkah tersebut dilaksanakan secara terpadu oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama TNI Angkatan Udara dan BMKG. Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa operasi modifikasi cuaca masih terus berlangsung untuk mengantisipasi hujan ekstrem dan banjir susulan di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat. Upaya ini dinilai sangat krusial mengingat intensitas hujan di beberapa wilayah terdampak mengalami peningkatan dalam dua hingga tiga hari terakhir.
“Operasi modifikasi cuaca ini sangat penting karena di beberapa tempat terjadi banjir susulan akibat intensitas hujan yang mulai naik,” kata Abdul.
Untuk mendukung operasi tersebut, BNPB menyiapkan enam unit pesawat yang ditempatkan secara strategis. Sebanyak tiga pesawat disiagakan di Bandara Kualanamu untuk menjangkau wilayah Sumatera Utara dan Aceh, sementara tiga unit pesawat lainnya disiapkan untuk operasi di Sumatera Barat.
Abdul menegaskan bahwa cakupan operasi dirancang seluas mungkin agar seluruh lokasi terdampak dapat tertangani secara optimal.
“Upaya ini mencakup seluruh lokasi supaya operasi tanggap darurat dan pemulihan sektor fisik serta pembukaan akses jalan dapat berjalan maksimal,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan bahwa modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai awan hujan agar presipitasi terjadi di lokasi yang lebih aman, seperti perairan atau laut.
“Operasi modifikasi cuaca kita lakukan untuk mencegah awan-awan hujan mendekati daratan Indonesia,” tuturnya.
Ia menyebutkan bahwa teknologi ini terbukti mampu menurunkan curah hujan hingga 20–50 persen, sehingga berperan penting dalam mengendalikan risiko bencana meteorologi akibat cuaca ekstrem.
Operasi modifikasi cuaca menjadi bagian dari strategi komprehensif pemerintah dalam memperkuat ketangguhan nasional menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang semakin kompleks.
Melalui sinergi lintas kementerian dan lembaga ini, pemerintah berharap dampak lanjutan bencana dapat ditekan, sekaligus mempercepat proses pemulihan bagi masyarakat di wilayah terdampak.
