Oleh : Mila Mayang Sari )*
Perekonomian global saat ini tengah dibayangi ketidakpastian yang tinggi akibat perang dagang, tekanan geopolitik, serta perlambatan ekonomi di berbagai negara maju. Namun, di tengah situasi yang penuh tantangan ini, Indonesia justru mampu menunjukkan ketahanan dan optimisme yang kuat. Sejumlah indikator makro ekonomi dan pasar finansial memperlihatkan bahwa Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga terus tumbuh secara konsisten. Ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki modal fundamental yang kokoh dalam menghadapi tekanan eksternal dan gejolak global yang sulit diprediksi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 mencapai 4,87% secara tahunan. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di kawasan ASEAN-5, hanya di bawah Filipina. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang tumbuh 3,8%, Malaysia 4,4%, dan Thailand yang tumbuh lebih rendah lagi. Kendati mengalami sedikit pelambatan dari kuartal sebelumnya, performa ini menegaskan bahwa Indonesia tetap berada di jalur pemulihan yang stabil. Bahkan, dalam kondisi global yang penuh tekanan, Indonesia mampu menjaga kinerja ekonominya tetap positif.
Ekonom Syafruddin Karimi memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 akan tetap terjaga di kisaran 4,955,05%. Konsumsi domestik yang kuat diperkirakan menjadi motor utama pertumbuhan, sementara ekspor tetap menjadi tantangan karena melemahnya permintaan global. Namun, adanya momentum belanja saat Lebaran dan akhir tahun, serta konsumsi domestik yang memuncak di kuartal ketiga, menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia tetap terjaga. Hal ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menopang perekonomian nasional di tengah melambatnya perdagangan global.
Sementara itu, dari sisi pasar finansial, Indonesia kembali menjadi sorotan dunia. Sejak awal April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami lonjakan sebesar 10,64%. Kinerja ini menempatkan Indonesia sebagai pasar saham dengan pemulihan tercepat di dunia, melampaui indeks saham utama seperti S&P 500 di Amerika Serikat, DAX di Jerman, maupun Nikkei di Jepang. Kenaikan tajam IHSG ini mencerminkan tingginya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan prospek pertumbuhan Indonesia, terutama di tengah sentimen global yang masih diliputi ketidakpastian akibat perang dagang dan volatilitas geopolitik.
Direktur Eksekutif Kadin Institute, Mulya Amri, menjelaskan bahwa kebangkitan pasar saham Indonesia didorong oleh sejumlah faktor strategis. Pertama, realisasi investasi pada triwulan I 2025 mencapai Rp465,2 triliun, naik hampir 16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi ini juga menyerap lebih dari 594 ribu tenaga kerja, dengan distribusi yang merata, di mana lebih dari setengahnya mengalir ke luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah berhasil menjaga momentum pemerataan pembangunan dan menciptakan iklim investasi yang inklusif.
Kedua, Indonesia memperoleh kenaikan peringkat dari lembaga keuangan global UBS, dari status “neutral” menjadi “overweight”. Artinya, Indonesia kini dinilai sebagai pasar yang sangat layak untuk menjadi tujuan utama investasi karena menawarkan imbal hasil tinggi dengan risiko yang relatif rendah. UBS menyoroti bahwa pasar saham Indonesia saat ini tergolong undervalued namun memiliki fundamental yang kuat, menjadikannya pilihan ideal dalam strategi investasi defensif di tengah ketidakpastian global.
Optimisme terhadap kekuatan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah yang mengedepankan ketahanan dalam negeri. Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya membangun kemandirian nasional sebagai jawaban atas tantangan global. Strategi ini mendapat sambutan positif dari pasar karena terbukti mampu menjaga stabilitas makroekonomi sekaligus meningkatkan daya tarik investasi.
Kondisi tersebut semakin menegaskan bahwa Indonesia memiliki modal yang kuat dalam menghadapi pelemahan ekonomi global. Kekuatan konsumsi domestik, pertumbuhan investasi yang inklusif, stabilitas pasar modal, serta reformasi kebijakan yang adaptif menjadi fondasi utama ketahanan ekonomi nasional. Ditambah lagi dengan penguatan institusi keuangan domestik dan distribusi pembangunan yang semakin merata, Indonesia menunjukkan bahwa perekonomian tidak hanya tumbuh, tetapi juga bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan dan resilient.
Tentu tantangan tetap ada, terutama dari sisi ekspor yang masih lemah dan dinamika global yang penuh risiko. Namun, dengan strategi kebijakan yang tepat, dukungan institusi yang kuat, serta semangat kolaboratif antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, Indonesia diyakini mampu menjaga stabilitas dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berdaya saing. Dalam konteks ini, peran aktif sektor swasta, dunia usaha, serta pelaku pasar menjadi krusial untuk memastikan bahwa potensi besar Indonesia dapat diwujudkan secara optimal.
Ketika banyak negara lain masih terjebak dalam pusaran krisis dan ketidakpastian, Indonesia justru menunjukkan arah yang jelas menuju pemulihan dan penguatan ekonomi. Fondasi makroekonomi yang kuat, kombinasi kebijakan yang progresif, serta kepercayaan pasar domestik dan internasional adalah modal utama Indonesia dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang terus berubah. Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi melangkah maju dengan percaya diri.
)* Penulis merupakan Pengamat Ekonomi