Deretan Mega Proyek Jalan Layang Super Megah di Sumbar, Nomor. 3 Jadi yang Termegah dan Terindah dari Sabang Sampai Marauke

Provinsi Sumatera Barat tidak bisa dipandang sebelah mata. Ternyata, Sumbar memiliki Mega proyek jalan layang megah dan salah satunya menjadi yang termegah dan terindah di Indonesia.

 

Deretan Mega Proyek Jalan Layang Super Megah di Sumbar, Nomor. 3 Jadi yang Termegah dan Terindah dari Sabang Sampai Marauke sebagai berikut:

 

1. Jembatan Layang Bandara Internasional Minangkabau (BIM)
Pemerintah Sumatera Barat tahun 2008 melakukan pembangunan fisik jalan layang Duku ke arah Bandara Internasional Minangkabau (BIM), sepanjang 1.600 meter senilai Rp70,95 miliar yang berasal dari APBN, yang dilaksanakan tahun ini.

Pembangunan lanjutan itu mulai dari penanganan bangunan atas Steel Box Girders sepanjang 1.600 meter, 6 lines lantai beton bertulang K350.

Berikutnya pelebaran jalan di atas rel kereta api, 2 x 6,5 meter dengan panjang 20 meter, kemudian oprit arah bandara dan arah By Pass sepanjang 600 meter serta bangunan pelengkapnya, yakni berupa jalan samping sepanjang 1.200 meter.

Jalan layang Duku perlu segera diselesaikan karena pertumbuhan lalulintas di masa depan akan berpotensi menimbulkan kemacetan, dan kecelakaan pada persimpangan sebidang Duku menuju Bandara, Teluk Bayur, Bukittinggi dan Pusat Kota Padang.

Secara bertahap pembangunan lanjutan jalan layang Duku sudah dialokasi pada 2007 dengan menghabiskan dana Rp15 miliar (APBN), dan dilanjutkan 2008 dengan dana Rp29 miliar, dan penyelesaiannya sampai tahun 2009.

Sedangkan awal persiapan lahan dan pengerjaan fisik pertama jalan pada tahun 2004.

Padang, sebagai ibukota provinsi Sumbar dengan penduduk mencapai hampir 868 ribu jiwa itu, saat ini sedang berkembang pesat khususnya di wilayah kota bagian utara.

Sementara itu faktor-faktor untuk memicu pertumbuhan penduduk regional itu antara lain beroperasinya BIM, mulai berkembangnya kawasan industri Padang di Padang Industrial Park (PIP).

Selain itu juga diikuti dengan tumbuh pesatnya sentral perekonomian yang baru mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah arus lalulintas di kawasan Simpang Susun Duku.

2. Jembatan Siti Nurbaya
Kota Padang memiliki banyak tempat wisata yang indah. Salah satu tempat wisata yang cukup terkenal yaitu kawasan Jembatan Siti Nurbaya.

Banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini karena di sini dapat melihat pemandangan kota tua Padang, matahari terbenam, hingga berburu kuliner di sore hari.

Sebagaimana halnya Jembatan Ampera yang merupakan ikon dan kebanggaan warga kota Palembang, ternyata kota Padang juga memiliki ikon yang tidak kalah menariknya.

Ikon kota Padang tersebut namanya adalah Jembatan Siti Nurbaya. Menurut sumber yang dapat dipercaya Jembatan Siti Nurbaya mulai dibangun pada tahun 1995 dan selesai serta diresmikan pada tahun 2002.

Jembatan yang berada di atas sebuah sungai bernama Batang Arau ini memiliki panjang 156 meter. Jembatan ini menghubungkan kota tua Padang dengan sebuah tempat bernama Taman Siti Nurbaya di Gunung Padang.

Mengapa di beri nama Jembatan Siti Nurbaya? Anda mungkin penasaran mengapa jembatan dan taman yang ada di Padang ini diberi nama “Siti Nurbaya”. Sumatera Barat memang memiliki banyak sekali cerita rakyat/legenda.

Salah satu cerita legenda yang sangat fenomenal adalah Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Ia adalah salah seorang sastrawan angkatan Balai Pustaka. Konon kabarnya di Puncak Gunung Padang terdapat sebuah makam yang oleh masyarakat dipercayai sebagai makam Siti Nurbaya.

Di sana banyak kita dapati wisatawan yang datang untuk berziarah. Dan karena itulah maka kemudian tempat tersebut dinamai Taman Siti Nurbaya.

Taman Siti Nurbaya terletak lebih kurang 500 meter dari Jembatan Siti Nurbaya. Di Taman ini banyak kita dapati pohon-pohon yang rindang dan lebat.

Ketika kita berada di taman Siti Nurbaya maka kita bisa melihat pemandangan wilayah Barat Kota padang dari ketinggian. Taman ini berada di jalaur yang sama dengan makam Siti Nurbaya.

Jembatan Sitti Nurbaya adalah jembatan yang membentang sepanjang 156 meter di atas sungai Batang Arau, Kota Padang, Sumatera Barat. Jembatan ini menghubungkan pusat kota dengan Seberang Padang.

Mengambil nama dari novel klasik Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, jembatan ini adalah akses menuju Gunung Padang, salah satu latar tempat Sitti Nurbaya.

Dibangun sejak tahun 1995, pembangunan jembatan menghabiskan biaya Rp19,8 miliar dari anggaran pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dibantu oleh Asian Development Bank (ADB) dan Overseas Economic Cooperation Fund (OECF). Penggunaannya diresmikan pada pertengahan tahun 2002, ditandai dengan kehadiran pemeran drama televisi Sitti Nurbaya HIM Damsyik, Novia Kolopaking, dan Gusti Randa.

Jembatan Siti Nurbaya merupakan salah satu tempat favorit yang menjadi tujuan kunjungan bagi wisatawan khususnya anak-anak muda.

Dari atas jembatan para wisatawan bisa melihat matahari terbenam, melihat pemandangan ke kota tua Padang dan menikmati aneka kuliner di malam hari.

Menjelang sore hari di atas jembatan Siti Nurbaya biasanya terdapat para pedagang yang menjajakan aneka jajanan seperti jagung bakar, roti bakar, pisang bakar, sate padang dan berbagai maca jenis minuman yang bisa dinikmati oleh para wisatawan dengan harga terjangkau.

Namun belakangan ini, sejak direnovasi tidak tampak lagi yang berjualan di atas jembatan Siti Nurbaya. Mereka berpindah ke sisi lain ke ujung jembatan Siti Nurbaya.

 

3. Flyover Kelok 9
Jalan Kelok 9 dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda antara tahun 1908–1914. Jalan ini meliuk melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatra.

Jika direntang lurus panjang Kelok Sembilan hanya 300 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter. Jalan ini awalnya dibangun untuk memperlancar transportasi dari Pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) ke wilayah timur.

Berdasarkan catatan Kementerian PU, dalam sehari jalan ini dilalui lebih dari 10 ribu unit kendaraan dan pada saat libur atau perayaan hari besar meningkat 2 sampai 3 kali lipat.

Namun, sejak dibangun Kelok Sembilan nyaris tak mengalami pelebaran berarti karena terkendala medan.

Seiring peningkatan volume kendaraan yang melintas, kondisi jalan yang sempit dan terjal sering mengakibatkan kemacetan. Lebar jalan yang hanya 5 meter dan tikungannya yang tajam kerap menyulitkan kendaraan bermuatan besar melintas karena tidak kuat menanjak.

Pada tahun 2000, lalu lintas kendaran antara Sumatera Barat dan Riau sudah mencapai antara 9.000 sampai 11.000 kendaraan sehari dengan mengangkut sekitar 15,8 juta orang dan sekitar 28,5 juta ton barang dalam setahun.

Separuh dari barang yang diangkut adalah hasil pertanian dan peternakan. Karena penyempitan jalan di Kelok Sembilan, perjalanan dari Bukittinggi menuju Pekanbaru yang mestinya dapat ditempuh dalam waktu 4 jam, bisa memakan waktu 5 sampai 6 jam.

Mengatasi persoalan ini, Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumatera Barat Ir. Hediyanto W. Husaini mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jembatan layang.

Pembangunan jalan layang Kelok 9 mulai dikerj akan pada November 2003 setelah memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Agustus 2003.

Pembangunan jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.

Jembatan layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dan memiliki ruas jalan selebar 12,5 meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter, dan bentang ketiga 65 meter.

Bentang keempat memiliki panjang 462 meter. Bentang jembatan keempat merupakan jembatan jenis pelengkung beton dengan fondasi bore pile sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.

4. Jalan Layang Bypass Bukittinggi
Jalan Layang (Flay-Over) merupakan jalan alternatif yang dibangun untuk meminimalisir kemacetan di Kawasan Pasar Aur Kuning, Bukittinggi.

Jalan ini membentang sepanjang 675 meter dengan lebarnya 10 meter dan tinggi 5 meter. Jembatan ini mulai dibangun pada tahun 2014 dan diresmikan pada tahun 2015 oleh Pemerintah setempat.

Anggaran yang dihabiskan untuk menyelesaikan pembangunan jalan ini sejumlah Rp. 96,8 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Badan Daerah (APBD)

 

Fly-Over alias Jalan Layang Aua Kuniang Bukittinggi, Sumatera Barat, awal tahun 2015 selesai dibangun. Fly-Over dengan rentang 700 meter membentang di atas jalan lama di kawasan Pasar Aua Kuniang.

Anggaran yang dibabiskan untuk membangun Fly-Over Rp96,8 miliar. Sumber dana dari APBN 2014.

Sekarang, setelah Fly-Over dibangun, Pemda Kota Bukittinggi seperti mendapat sesuatu yang bisa ‘dibanggakan’.

Bagaimana tidak; sebuah kota kecil, yang memiliki luas 25 km per segi, sekarang memiliki Fly Over seperti yang sudah lama ada di kota-kota besar.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *